[Catatan Editor: Panduan langkah demi langkah ini mengikuti sistem produksi BSF yang dilakukan di ECHO Asia Small Farm Resource Center di Chiang Mai, Thailand. Ini hanyalah salah satu contoh dari sebuah sistem yang fungsional dan masih harus disesuaikan dengan konteks lokal dan ketersediaan input. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan sistem 'yang telah ditingkatkan,' menambah berbagai macam bahan yang telah ditulis tentang produksi BSF di pekarangan maupun di rumah tangga.]
Pengantar Produksi Lalat Tentara Hitam (Black Soldier Fly)
Satu hal penting bagi keberhasilan pertanian skala kecil adalah kemampuannya untuk mengubah limbah pertanian menjadi produk alternatif yang mempunyai nilai tambah. Dengan memelihara Lalat Tentara Hitam/Black Soldier Fly (Hermetia illucens) --yang selanjutnya akan disebut lalat BSF-- di pertanian, maka pertanian skala kecil akan dapat melakukan hal di atas. Lalat BSFmengkonsumsi produk limbah yang umum ditemukan seperti sisa makanan dan pupuk kandang. Dengan demikian lalat ini dapat digunakan secara efisien untuk mengubah bahan limbah mentah menjadi sumber pakan berprotein tinggi bagi ternak, sekaligus menghasilkan produk sampingan yang cocok untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Produksi larva BSF juga memiliki potensi khusus untuk daerah-daerah di mana pakan sumber protein sulit didapat. Sebagai contoh, di daerah pegunungan terpencil, produksi babi, unggas, dan ikan seringkali dibatasi oleh sedikitnya ketersediaan input protein yang terjangkau seperti tepung ikan dan/atau bungkil kedelai. Di tempat-tempat ini, produksi larva BSF mungkin cocok sebagai alternatif yang terjangkau. Meskipun manusia juga dapat mengkonsumsi larva BSF dengan aman, namun fokus artikel ini adalah pada produksi larva lalat sebagai sumber pakan ternak.
Ada banyak potensi keuntungan dalam memproduksi larva BSF namun ada juga beberapa kelemahan. Sebagai catatan khusus, lalat BSF adalah pengubah limbah yang sangat efisien, dapat diproduksi dengan cepat, dan hanya membutuhkan ruang yang relatif kecil dibandingkan kegiatan lain di peternakan atau di usaha pertanian lainnya. Penting juga untuk dicatat bahwa lalat BSF bukanlah hama, sebuah kesalahpahaman yang umum terjadi. Sampai sejauh ini BSF juga bukan vektor penyakit tertentu, juga tidak menggigit atau menyengat.
Produksi Larva BSF |
Keuntungan |
Limbah bisa diubah secara efisien menjadi sumber pakan yang sangat bermanfaat dan berprotein tinggi |
Larva BSF penuh dengan energi |
Seluruh produksi berbiaya rendah |
Larva dapat mematikan patogen yang ada di dalam limbah |
Tidak dianggap sebagai hama dan juga tidak membawa penyakit (bukan vektor) |
Hasil sampingan (kompos cacing) dapat digunakan sebagai bahan peningkat tanah |
BSF mempunyai umur hidup yang pendek dan bisa diproduksi dengan cepat |
Kerugian |
Berpotensi menguarkan bau busuk |
Munculnya binatang hama (burung & tikus) |
Penerimaan budaya |
Nilai Nutrisi Larva Lalat BSF
Larva lalat BSF penuh nutrisi, baik dalam jumlah maupun kualitas. Selain kandungan protein dan lemaknya yang tinggi, larva lalat ini menawarkan nutrisi lengkap, termasuk mikronutrien, kitin, asam amino, dan berbagai vitamin. Gambar 2 di bawah ini menunjukkan susunan nutrisi yang terkandung dalam larva lalat BSF. Guna mempelajari rincian lebih lanjut dan rincian komponen nutrisi individu larva BSF, lihat artikel ringkasan oleh Barragan-Fonseca dkk., 2017.
Panduan langkah demi Langkah untuk Produksi Lalat BSF yang Telah Ditingkatkan
Foto-foto berikut ini merekam sistem produksi lalat BSF yang sekarang ini dilakukan di ECHO Asia Small Farm Resource Center, yang terletak di luar kota Chiang Mai, Thailand. Sistem khusus ini bertujuan menghasilkan aliran larva BSF yang stabil untuk pakan ayam dan ikan di peternakan, namun sama sekali tidak bisa disebut sebagai produksi skala besar atau skala industrial. Sekarang ini tersedia banyak sumber daya online tentang pengaturan dan pemeliharaan sistem BSF skala kecil di pekarangan rumah, misalnya produksi yang dilakukan dengan menggunakan ember, berbagai wadah, dan tong. Namun sistem yang dibahas dalam tulisan ini ditujukan untuk menghasilkan jumlah larva yang lebih banyak di berbagai tahap produksi dan siklus hidup. Pada saat artikel ini ditulis, sistem ini secara konsisten menghasilkan larva dalam kisaran 10 kilogram per minggu.
Langkah 1. Memulai
Seperti disebutkan sebelumnya dalam artikel ini, Hermetia illucens (Gambar 3) dapat ditemukan hampir di semua wilayah di dunia, setelah lalat ini menyesuaikan diri dari wilayah asalnya di Amerika dan sekarang menjadi spesies serangga yang umum ditemui. Untuk memulai sistem produksi BSF, lalat dapat ditangkap dari alam atau dibeli dari sumber lokal. Artikel ini berasumsi bahwa Anda mendapatkannya dari yang terakhir, memulainya dari telur, larva, atau lalat dewasa yang sudah tersedia.
Langkah 2. Membangun Kandang Kawin
Pembangunan kandang kawin sangat penting untuk produksi telur, langkah utama dalam memproduksi larva BSF. Kandang semacam ini bergantung pada sebesar apa skala usaha yang ingin dibuat, dengan berbagai pilihan dan adaptasi yang tersedia. Kandang kawin dapat berkisar dari ruangan besar yang diberi pelindung seperti contoh di atas (yang ada di ECHO Asia Farm) atau sistem yang lebih kecil, yang menggunakan kelambu atau bahkan jaring yang biasanya dipakai untuk keranjang cucian. Tidak peduli skala atau desainnya, kandang kawin harus menjaga kelembaban dan suhu yang memadai. Juga penting bahwa kandang ini harus tetap menjadi lingkungan tertutup, untuk menjaga lalat BSF tetap ada di dalam dan hama seperti burung dan tikus tetap ada di luar.
Di dalam kandang ini, perlu dibuat beberapa perlengkapan bagi lalat dewasa, termasuk sumber air, tumbuh-tumbuhan dan permukaan yang bisa digunakan untuk bersembunyi dan kawin, dan sebuah 'ruang gelap' yang bisa digunakan oleh lalat betina untuk meletakkan telurnya. Pada tahap ini dalam siklus hidup mereka, baik pupa maupun lalat dewasa tidak akan makan makanan apapun, oleh karena itu hanya perlu disediakan sedikit pakan dengan tujuan menarik lalat betina untuk bertelur.
Langkah 3. Mengumpulkan Telur
Untuk mengumpulkan telur lalat BSF betina dewasa, harus disediakan beberapa hal di dalam kandang kawin. Di ECHO Asia Farm kami mendapati bahwa balok-balok kayu berukuran kecil dapat melakukan tugas ini dengan baik, menyediakan lingkungan bertelur yang mengundang datangnya lalat betina dan memberikan cara pengumpulan telur yang nyaman bagi pekerja. Ada praktik yang umum dilakukan, yaitu menggunakan potongan karton-karton kecil sebagai tempat untuk meletakkan telur (Wong, 2020), namun kami lebih memilih metode balok-balok di atas karena lebih nyaman bagi pekerja untuk mengumpulkan telur dan cenderung menghasilkan jumlah telur yang lebih banyak. Pada tahap ini, penting untuk dicatat bahwa lalat BSF tidak bertelur langsung di atas (atau di dalam) sumber pakan, melainkan di dekat sumber pakan. Oleh karena itu, balok-balok kayu harus ditempatkan di dekat sumber pakan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Untuk mengumpulkan telur, balok-balok harus dikeluarkan, dipisahkan, dan dikikis dengan hati-hati. Pada tahap ini penting untuk dicatat bahwa jika balok-balok ini tidak dikeluarkan setiap hari maka telur-telur tersebut akan memiliki usia yang berbeda-beda. Telur yang berbeda-besa usia akan mengakibatkan larva menetas dan tumbuh pada tahap yang berbeda sehingga membutuhkan pemilahan dan pemisahan tambahan saat dewasa. Idealnya, ketika memproduksi lalat BSF dalam jumlah yang banyak maka lebih baik mempunyai larva pada usia dan kematangan yang seragam. Biasanya, lalat betina dewasa akan menghasilkan antara tiga hingga empat ratus telur di sepanjang masa hidupnya.
Langkah 4. Pergeseran dari Telur ke Larva
Setelah telur dikumpulkan, mereka dapat dipindahkan ke sebuah sediaan pakan di mana telur akan menetas dan larva merangkak ke bahan pakan terdekat yang disediakan. Telur biasanya akan menetas dalam waktu 4 hari setelah diletakkan. Pada tahap ini, ketika larva masih kecil, nampan plastik dapat digunakan untuk menampung sejumlah kecil pakan/limbah dan larva. Jaring digunakan untuk menjaga agar telur-telur tidak kontak langsung dengan sumber pakan.
Langkah 5. Memilih Pakan yang Tepat
Salah satu manfaat besar dari lalat BSF adalah kemampuannya untuk mengkonsumsi beragam produk yang berbeda, mengkonsumsi limbah pasar (buah & sayuran), pupuk kandang, sisa-sisa makanan, tepung tulang, dan sebagian besar produk lainnya. Artikel ini tidak akan memberikan daftar sumber pakan, melainkan mendorong produsen untuk mengidentifikasntifikasi apa yang disebut sumber daya 'limbah,' yang tersedia untuk digunakan. Idealnya, produk sampingan limbah seharusnya berbiaya rendah, atau bahkan gratis, termasuk limbah pasar, sisa makanan dari warung-warung, dedak padi, biji-bijian bekas pembuatan bir, bungkil kedelai, dll.
Guna menjamin tersedianya pakan yang seimbang atau 'lengkap' maka disarankan untuk mencampur sejumlah limbah yang berbeda. Hal ini akan membantu 'memperbanyak isi' bahan pakan guna memastikan hasil larva yang lebih tinggi, tetapi ini bukanlah suatu keharusan.
Langkah 6. Meningkatkan Produksi
Saat larva menetas dan mencari makan, larva perlu 'ditingkatkan pemeliharaannya' dengan memindahkan ke dalam wadah-wadah atau kotak-kotak yang lebih besar guna menghasilkan produksi yang memadai. Selama berlangsungnya tahap ini, pakan tambahan disediakan dan larva dibiarkan makan.
***CATATAN: Sangat penting untuk mengontrol kelembapan guna menghindari munculnya bau tidak sedap dan membusuknya limbah pakan. Tumpukan pakan atau limbah tidak boleh dibiarkan menjadi anaerobik. Baki atau wadah harus diberi cara untuk mengalirkan kelembaban guna menghindari menggenangnya cairan. Di ECHO Asia Farm, kami menggunakan bahan kering seperti dedak padi atau bubuk beras untuk menyerap kelembapan dengan cepat saat dibutuhkan.
Gambar 10. Sebuah sistem BSF yang sudah ditingkatkan di sebuah pertanian lokal di wilayah utara Thailand. Pertanian ini menggunakan kotak-kotak terpisah yang berisi limbah yang berbeda-beda untuk menumbuhkan larva BSF di berbagai tahapan siklus kehidupan mereka. |
Langkah 7. Tahu Kapan Waktunya Memanen Larva
Dalam 13 sampai 18 hari berikutnya larva akan makan dengan rakus, makan sebanyak dua kali berat badan mereka sendiri setiap hari. Dalam waktu-waktu ini sangat penting untuk mengetahui dengan tepat kapan Anda ingin memanen larva tersebut. Pada akhir tahap larva, sebelum mencapai tahap pra-pupa (Gambar 11), larva akan mencapai kapasitas nutrisi maksimumnya sebagai sumber pakan (Barragan-Fonseca dkk., 2017). Jika terlambat dipanen, produsen akan menanggung risiko mendapat kualitas pakan yang lebih rendah, sedangkan memanen terlalu dini dapat berarti kehilangan tambahan bobot dan ukuran, dan ini sama artinya dengan kehiangan potensi hasil panen yang lebih tinggi.
Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk memanen larva pada tahap ini yaitu sebelum mencapai tahap dewasa, akan membuat produsen perlu melakukan pemilahan atau pengukuran, atau pemisahan larva dari bahan pakannya. Ini bisa menjadi tugas yang melelahkan sehingga dalam proses ini disarankan agar digunakan jaring dalam berbagai ukuran. Anda juga bisa menggunakan Penggoyang Mekanis yang di atur sedemikian rupa sehingga sesuai untuk melakukan tugas ini. Pilihan lainnya adalah melakukan semuanya secara manual.
Langkah 8. Memilah dan Mengukur
Guna menghasilkan larva yang mempunyai kandungan nutrisi tertinggi maka larva harus 'dipanen' dari antara bahan pakan. Pemanenan melibatkan beberapa tingkat pemilahan dan langkah-langkah penyaringan untuk mengisolasi larva. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan saringan berbagai ukuran, dan dipermudah dengan memindahkan larva ke sumber pakan yang lebih halus di akhir produksi, sehingga memudahkan pemisahan. Pemisahan dapat dilakukan dengan tangan atau dengan membuat penggoyang mekanis (yang membutuhkan investasi), mirip dengan teknologi yang digunakan dalam sistem kascing. Larva yang dijadikan pakan langsung, mungkin tidak perlu dibersihkan sampai benar-benar bersih.
Langkah 9. Produk Akhir
Langkah 10. Memelihara Pupa untuk Tujuan Reproduksi
Banyak sistem BSF yang memanfaatkan sifat 'panen-sendiri' dari pupa BSF. Pada tahap ini, pupa BSF akan bermigrasi dari sumber makanannya dan mencari tempat yang gelap serta sunyi untuk berubah menjadi lalat dewasa. Seperti yang terlihat pada contoh di bawah (Gambar 14), banyak pengaturan yang dirancang untuk menyalurkan pupa yang merangkak keluar dari sumber makanan dan masuk ke dalam ember atau wadah lain yang memang ditujukan untuk menangkapnya. Ini adalah fenomena yang sangat memudahkan pemeliharaan, tetapi seperti yang disebutkan sebelumnya, hanya terjadi pada tahap pupa ketika BSF telah melewati masa puncaknya sebagai sumber pakan.
Di ECHO Asia Farm kami mendapati bahwa sistem 'panen-sendiri' sesungguhnya dapat memberikan pasokan yang sangat baik untukkandang kawin. Jika kandang ini diperiksa secara teratur maka dengan mudah akan tersedia pasokan pupa yang stabil untuk tujuan reproduksi.
Tantangan-Tantangan Produksi yang Perlu Dipertimbangkan
Hama
Kita harus mempertimbangkan hama seperti burung, tikus, dan makhluk-mahluk merayap lainnya sebelum membangun sistem BSF dalam skala apa pun. Diperlukan sebuah sistem tertutup untuk menjaga agar lalat tetap ada di dalam dan hama yang tidak diinginkan tetap ada di luar. Sayangnya, proses pemasangan jaring yang diperlukan untuk menjaga dua hal di atas bisa berbiaya mahal, dan benar-benar menambah pengeluaran pokok bagi produsen.
Bau Busuk
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk keberhasilan sistem BSF maka mengontrol kelembaban dengan benar merupakan hal yang sangat penting. Banyak sisa makanan, seperti sisa-sisa buah yang mengandung kadar air yang tinggi dan dapat menyebabkan sistem menjadi anaerobik. Mencegah terjadinya hal ini bukan hanya penting untuk keberhasilan sistem secara keseluruhan, tetapi juga supaya bau bisa dikendalikan sehingga tidak menimbulkan masalah bagi tetangga sekitar dan klien. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, disarankan untuk memasang opsi drainase dan menyimpan bahan-bahan seperti dedak padi dan tepung beras yang dapat ditambahkan dengan segera untuk menyerap kelembapan.
Penggunaan Hasil Produksi Lalat BSF di Pertanian
Pakan Ternak
Meskipun kita bisa memproduksi larva BSF untuk konsumsi manusia, namun alasan utama produsen tetaplah untuk memproduksi larva sebagai sumber pakan ternak, terutama ikan dan unggas. Larva dapat diberikan secara langsung, atau dapat dimasukkan ke dalam ransum pakan yang ada. Staf di ECHO Asia Farm saat ini sedang bereksperimen dengan pakan ikan dan ayam komersial yang dicampur dengan berbagai tingkat larva BSF (Gambar 15). Agar larva dapat digunakan secara praktis dan teratur, maka larva dapat diberikan dalam bentuk segar, utuh, kering, digiling, atau dibekukan, bergantung pada konteks dan peralatan yang digunakan oleh produsen.
Amandemen Tanah
Selain menghasilkan larva, lalat BSF juga meninggalkan kotoran berharga yang mirip dengan kascing. Produk sampingan 'kascing' atau 'kotoran larva' ini dapat digunakan untuk meningkatkan dan memperkaya kualitas tanah, memberikan nilai tambah untuk sistem produksi secara keseluruhan. Dalam perusahaan komersial, produk sampingan ini sering dikemas dan dijual sebagai produk terpisah, unsur lain yang bisa menjadi sumber pendapatan sehingga perlu dipertimbangkan oleh produsen kecil maupun menengah. Minimal, produk ini dapat kembali dicampurkan ke pertanian di bedeng-bedeng sayuran, sebagai bahan campuran pot pembibitan, dll…
Terakhir, ada juga produksi BSF dalam bentuk cair yang dapat dikumpulkan dan digunakan untuk menyuburkan tanah. Cairan ini dapat dikumpulkan selama proses pemberian pakan ketika larva dengan rakus mengkonsumsi produk limbah seperti sisa makanan, pupuk kandang, dan bahan baku lainnya.
Kesimpulan
lalat BSF bisa bermanfaat atau bisa juga tidak. Demi keberhasilan Anda maka sangat perlu untuk menemukan sumber daya limbah yang terjangkau, lebih disukai jika bisa didapat gratis sebagai bahan baku untuk produksi lalat BSF. Di banyak kasus, lalat BSF telah diidentifikasi sebagai solusi ekonomis untuk pengelolaan limbah yang ada di pertanian, misalnya kotoran ternak dan produk sampingan lainnya yang tidak bisa dipakai untuk hal-hal yang lain.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Phai dari Phai BSF Ecofarm CNX, atas kesediaannya untuk berbagi ilmu dan pengalamannya. Kami belajar sangat banyak dari Anda, terima kasih.
Pustaka
Barragan-Fonseca, K.B., M. Dicke, and J.J.A. van Loon. 2017. Nutritional value of the black soldier fly (Hermetia illucens L.) and its suitability as animal feed – a review. Journal of Insects as Food and Feed. 3(2): 105-120. Available: https://avingstan.com/wordpress/wp-content/uploads/2019/08/Barragan-Fonseca-et-al-2017-Nutritional-value.pdf
Feedipedia, 2021. Tables of chemical composition and nutritional value of Black soldier fly larvae (Hermetia illucens), dehydrated. Available: https://www.feedipedia.org/node/16388
Nutrinews. 2020. Using black soldier fly larvae as a source of protein. The Animal Nutrition. Available: https://theanimalnutrition.com/using-black-soldier-fly-larvae-as-a-source-of-protein/
Wong, A. 2020. Black Soldier Fly of the Frangipani Langkawi Organic Farm. ECHO Asia Notes. 41. Available: https://www.echocommunity.org/en/resources/e3d5b1f1-0ec8-4a86-97e0-d80f26e7a951