ECHO Asia Note Articles
ECHO Asia Notes is a quarterly technical e-bulletin containing articles of interest to agriculture and community development workers in Asia.
This list contains articles from ECHO Asia Notes, many of which have been translated into regional languages.
101 Edisi dalam Penerbitan ini (Menampilkan edisi 29 - 25) Sebelumnya | Berikutnya
Mendiagnosa Kekurangan Unsur Hara pada Tanaman di Lahan
- Juga tersedia di:
- ไทย (th)
- English (en)
- မြန်မာ (my)
- 汉语 (zh)
- ភាសាខ្មែរ (km)
Pendahuluan
Pepatah lama yang mengatakan bahwa “Anda tidak akan dapat mengatasi suatu masalah jika Anda tidak tahu bahwa Anda memilikinya”merupakan hal pokok yang mendasari ilmu untuk mendiagnosa kekurangan hara pada tanaman. Selama bertahun-tahun, para petani dan para ilmuwan telah bersama-sama berupaya menemukan serangkaian petunjuk visual yang dapat digunakan untuk menentukan kekurangan hara pada beragam tanaman agronomi. Petunjuk dan gejala-gejala ini bisa sangat bermanfaat, terutama bila metode pengujian tanah dan jaringan tanaman tidak tersedia, atau tersedia tetapi tidak memadai.
Penyimpanan Benih di Kawasan Tropis: Pelajaran yang Diperoleh dari Jejaring
- Juga tersedia di:
- ភាសាខ្មែរ (km)
- Tiếng Việt (vi)
- हिन्दी भाषा (hi)
- ไทย (th)
- English (en)
- 汉语 (zh)
- မြန်မာ (my)
This article is from ECHO Asia Note #28
Bagi petani dan peneliti di daerah tropis, penyimpanan benih bisa mendatangkan frustrasi berat. Di provinsi Mondulkiri, petani jarang bisa menyimpan benih lebih lama dari enam bulan, antara masa panen dan musim tanam baru. Benih yang disimpan lebih lama dari masa enam bulan cenderung akan menyerap kelembaban dari udara sekitar yang ekstra lembab selama musim hujan sehingga kehilangan daya hidupnya, atau diserang oleh serangga hama yang berkembang biak dan menghancurkan benih tersebut. Di pusat sumber daya kami, kami ingin membangun persediaan benih dari berbagai jenis tanaman yang bermanfaat tanpa harus menanam masing-masing varietas tersebut setiap tahunnya. Namun, mirip dengan yang dialami para petani, benih kami dengan cepat kehilangan daya hidupnya atau dihancurkan oleh hama saat disimpan.
Pendinginan dan pembekuan sebagian besar benih ortodoks adalah metode yang sangat dikenal untuk memperpanjang umur benih, (Lihat ECHO Asia Note 14 “Vacuum Sealing versus Refrigeration”), namun metode ini tidak menawarkan solusi yang tepat di daerah seperti provinsi Mondulkiri yang listriknya, jika ada, tidak dapat diandalkan serta mahal. Dalam kemitraan dengan ECHO Asia dan dukungan dana dari Presbyterian Hunger Program, selama setahun terakhir para anggota staf di NtukNti telah melakukan penelitian untuk merancang dan menguji pilihan-pilihan yang tepat bagi penyimpanan benih. Dalam artikel ini kami membagikan beberapa temuan kami - metode tanpa listrik yang berguna untuk memperbaiki penyimpanan benih. Metode-metode ini bahkan dapat dimanfaatkan oleh petani yang paling miskin dan paling terisolasi sekalipun.
Produksi Pertanian Mandiri: Produksi Pakan Ayam
- Juga tersedia di:
- English (en)
- 汉语 (zh)
- မြန်မာ (my)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- ไทย (th)
- Tiếng Việt (vi)
- हिन्दी भाषा (hi)
This article is from ECHO Asia Note #28
Pengantar
Kesuburan yang dihasilkan oleh sebuah pertanian turut menyumbang terwujudnya sistem pertanian yang lebih berkelanjutan. Residu tanaman dan pupuk kandang merupakanbagian dari siklus hara untuk memproduksi tanaman serta membantu menurunkan biaya asupan melalui pengomposan termofilik, vermikultur, produksi bokashi, dan/atau pupuk hijau. Pakan yang dihasilkan oleh pertanian mandiri juga dapat mengurangi biaya karena para petani mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang memang sudah tersedia bagi mereka. Khususnya biaya pakan komersial skala kecil untuk memberi makan ayam bisa
sangat mahal. Dalam Catatan ECHO Asia kali ini, kita akan menggali berbagai alternatif pakan untuk beternak ayam skala kecil.
Di seluruh dunia, bahan pakan ayam bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain. Seleksi bahan pakan biasanya didasarkan pada ketersediaan, kualitas, dan biaya. Beberapa bahan digunakan berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah, seperti protein kasar vs. protein yang dapat dicerna, namun perlu diperhatikan bahwa banyak di antara bahanbahan ini yang manfaat nutrisinya belum diteliti atau dibuktikan dengan baik. Ayam adalah binatang omnivora dan bisa hidup baik di padang rumput, di dalam kandang, atau bahkan bisa juga berkeluyuran dengan bebasnya di lingkungan hutan. Dalam artikel ini, saya akan membagikan cara-cara untuk memaksimalkan pakan mandiri yang dihasilkan di pertanian untuk ayam yang dibesarkan di padang rumput, ditambah sebanyak mungkin memanfaatkan opsi pakan alami yang sesuai dengan situasi Anda. Kemudian saya juga akan menjelaskan bagaimana caranya mengintensifkan jatah pakan, seandainya Anda
hanya memiliki halaman berukuran kecil untuk ternak unggas atau jika unggas-unggas itu dikurung atau dikandangkan.
Mikroorganisme Tanah: Apa yang Mereka Lakukan dan Bagaimana Mengukurnya
- Juga tersedia di:
- Tiếng Việt (vi)
- ไทย (th)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- မြန်မာ (my)
- 汉语 (zh)
- English (en)
This article is from ECHO Asia Note #27
Mikroorganisme didefinisikan sebagai kelompok makhluk hidup yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang; di dalamnya termasuk jamur, ganggang, dan bakteri (Rao, 1995). Berbagai organisme kecil ini bisa ditemukan di mana-mana: di air, udara, dan di dalam tanah. Di lahan pertanian, jumlah mikroorganisme bisa ditemukan sangat tinggi di dalam kompos, pupuk kandang, dan jus dari IM (Indigenous Microorganism (mikroorganisme yang berasal dari tanah yang akan diuji); atau jus EM, Effective Microorganisms). Mikroorganisme adalah komponen penting yang ada di tanah. Mereka membantu menguraikan bahan organik, dan pada saat yang sama juga menyediakan hara bagi tanaman. Hara ini diambil dari batuan dan udara, dan membantu kemampuan pelekatan (adesi) tanah (Tisdall, 1994; Hayat dkk., 2010). Mikroorganisme tanah juga memainkan peran penting dalam menjaga agar tanaman tetap sehat, karena membantu siklus hara, menguraikan herbisida, dan - jika mikroorganisme tersedia melimpah – maka penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri akan menyusut (Anderson, 1984; Mendes dkk., 2011).
Membangun Ruang Pendingin yang Lebih Baik untuk Penyimpanan Benih
- Juga tersedia di:
- Tiếng Việt (vi)
- ไทย (th)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- မြန်မာ (my)
- 汉语 (zh)
- English (en)
This article is from ECHO Asia Note #27
Prinsip-prinsip Penyimpanan Benih yang Perlu Dipertimbangkan
Saat merencanakan untuk membangun “Ruang Pendingin” atau “Ruang Penyimpanan Benih” guna melestarikan daya hidup benih, pertama-tama kita harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penyimpanan benih yang optimal. Di dalam Catatan ECHO Asia #14 (Juli 2012), kami membagikan hasil dari perbandingan vakum disegel vs. pendinginan, dan menyoroti pentingnya pengendalian kelembaban dan pengendalian suhu di ruang penyimpanan benih. Kami menemukan bahwa pengendalian kelembaban (vakum disegel) lebih efektif dalam menjaga daya hidup benih ketimbang pengendalian suhu (pendinginan). Berdasarkan pengalaman ECHO Asia benih paling baik disimpan di daerah tropis dengan menggunakan vakum disegel setelah pengeringan (untuk menjaga kadar air benih tetap rendah), kemudian benih yang sudah dikemas itu disimpan dalam suhu dingin. Saat merancang sebuah ruangan pendingin untuk kondisi penyimpanan benih yang optimal, insulasi yang baik dan pendinginan sangatlah penting; meskipun demikian tanpa adanya penghalang kelembaban yang tepat, proses pendinginan akan menarik uap air dari luar dan menciptakan kondensasi, yang menyebabkan meningkatnya kadar air. Dalam kasus di mana benih juga tidak disimpan dalam kantong tertutup, atau segel pada tas vakum itu rusak, kelembapan tambahan ini juga dapat merusak benih.
Pengantar Model Gundukan, Waduk, dan Paddy Pengelolaan Air - 15 Desember 2015
- Juga tersedia di:
- ไทย (th)
- 汉语 (zh)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- မြန်မာ (my)
- English (en)
- Tiếng Việt (vi)
This series of articles on water management has been reprinted with permission from Thailand’s Natural Farming Magazine and serves as an introduction to small-scale water management. Many of the ideas offered in these articles are consistent with permaculture design principles, which promote farmer resiliency against varying weather extremes. To read more about permaculture options for smallholder farms, please see this “Permaculture in Development” article by Brad Ward in ECHO Development Note #129.
Pembuatan dan Pengujian Herbisida Alternatif untuk Petani Petani Kecil
- Juga tersedia di:
- Tiếng Việt (vi)
- ไทย (th)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- 汉语 (zh)
- မြန်မာ (my)
- English (en)
This article is from ECHO Asia Note #26
Latar Belakang Staf ECHO Asia Impact Center pertama kali mendengar tentang resep herbisida alternatif yang menggunakan fermentasi pepaya dan nanas ini, dari Kru Pratoom, seorang pensiunan guru sekolah teknik sekaligus petani organik. Karena menyiangi gulma merupakan salah satu pekerjaan besar dalam kehidupan setiap petani, maka Staf Bank Benih ingin mencoba suatu herbisida-berisiko rendah untuk melihat apakah dampaknya pada gulma akan cukup memberikan alasan untuk penggunaannya. Mereka juga ingin memastikan bahwa herbisida ini tidak akan merusak pH, mikrobiologi, struktur tanah serta kesehatan dan daya serap tanaman. Catatan Riset ECHO Asia ini menjelaskan proses yang digunakan untuk membuat herbisida tersebut, serta menyajikan sebuah teknik pengambilan sampel yang bisa digunakan untuk menentukan kemanjurannya atas gulma. Carilah catatan yang akan datang mengenai metodologi yang digunakan untuk membantu menentukan berbagai dampak herbisida ini terhadap mikroorganisme dan kesehatan tanah.
Pilihan untuk Peternakan Petani Kecil: Prinsip Desain Pengelolaan Air - 01 September 2015
- Juga tersedia di:
- English (en)
- မြန်မာ (my)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- 汉语 (zh)
- ไทย (th)
- Tiếng Việt (vi)
At the beginning of last year, Thailand experienced its most severe drought in twenty years. Only four years ago it also experienced its most severe flooding. Natural disasters are occurring with increasing frequency and severity; it is therefore vital to establish defenses against catastrophes like these. One such defence is redesigning areas based on the “mound, reservoir, and paddy” model of water management, which is one way of implementing a concept promoted by His Majesty King Bhumibol Adulyadej. This model is an efficient method of coping with water disasters, whether flooding or drought.
A Small Farm Water Management Case Study: Fighting Climate Change and Promoting Self Sufficiency
- Juga tersedia di:
- ไทย (th)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- English (en)
This article is from ECHO Asia Note #26
Mr. Bunlom Taokaew is the son of rice farmers. He chose a career as a businessman after he finished school. Because he didn’t make enough of a living, he went into debt to the order of hundreds of thousands of baht. He borrowed money from his father, a farmer using integrated farming methods, many times to repay his debts, until finally his father told him to return to being a farmer instead. Mr. Bunlom decided to take his advice, but he didn’t believe farming would help relieve him of his debts. He started by building a structure to cultivate oyster mushrooms, which didn’t require a large investment, and little by little he started to produce enough to sell locally, reducing his living costs, until there was enough money left over to save, and until, finally, he was able to repay his debts. His sustainable life began more than ten years ago. It was a result of following in the footsteps of His Majesty the King, and his own father, who set an example he could follow.
Membawa Keseimbangan dan Perhatian pada Tanaman Rumput Tropis - 01 Agustus 2015
- Juga tersedia di:
- Tiếng Việt (vi)
- हिन्दी भाषा (hi)
- English (en)
- ไทย (th)
- မြန်မာ (my)
- ភាសាខ្មែរ (km)
- 汉语 (zh)
Invasive alien species (often IAS in the literature) are those species introduced to an area outside their normal or native range, either purposefully or by accident, whose colonization causes significant harm. The species may become weeds, pests or pathogens, affecting both human interests and natural systems, and impacting agricultural systems, native ecosystems, biological diversity, or human well-being (Perrings et al. 2002; UNEP; CBD). Wellknown examples of invasive alien species include kudzu in the United States, water hyacinth throughout the tropics, zebra mussels in the Great Lakes, and European starlings in North America.